Minggu, 09 Oktober 2016

ORANG-ORANG HEBAT DI SEKELILINGKU

Allah mempertemukan seseorang dengan orang lainnya bukan tanpa maksud dan tujuan, bukan cuma-cuma dan bukan kebetulan. Seperti halnya diriku yang bertemu dengan sahabat-sahabat baru, saudara-saudara baru bahkan orang tua baru. Masya Allah, mereka sangat luar biasa. Mereka adalah keluargaku di tanah rantau ini, tanah ibu kota. Tak akan pernah lupa...

to be continue...

Senin, 03 Oktober 2016

ANTARA PACARAN, TA'ARUF DAN TEMAN

Diskusi panjang lebar mengenai ketiga istilah ini (pacaran, ta'aruf dan teman) tidak membuahkan conclusion yang memuaskan. Pasalnya kami terpaksa mengakhiri diskusi ini karena waktu terus berputar, pagi, siang, sore lalu sebentar lagi malam, dan tiba waktunya berpisah. Bukan hanya waktu yang menjadi faktor, namun  background dan pemahaman kami berbeda, menyebabkan diskusi begitu alot dan sulit menemukan titik terang.

Kasus:
A (laki-laki) dan B (perempuan). A dan B tidak saling mengenal sampai suatu ketika C (perantara) mengenalkan keduanya. A dan B melakukan proses ta'aruf lalu keduanya saling tertarik. A dan B memutuskan untuk menikah. Karena suatu hal mendesak A tidak dapat segera mengkhitbah B. B khawatir terjerumus dalam pencampuran antara yang haq dengan yang bathil (pacaran), B percaya A adalah pria shalih, namun B tetap khawatir dirinya dan dirinya (A) melakukan zina hati yang bisa menyebabkan zina zina lainnya. B mengajak A berteman saja untuk menghindar dari hal yang tidak baik, berteman hingga waktu yang tepat (untuk khitbah) tiba. A kecewa karena merasa B tidak berkomitmen menikah atau jangan-jangan B memilih pria lain (suudzon nih si A) padahal keluarga A dan B sudah setuju dengan hubungan mereka. B sudah menjelaskan alasan syar'inya, namun A menganggap jika berteman maka tidak memiliki komitmen apapun. Sedang jodoh harus diikhtiarkan walau memang jodoh ga akan kemana. B takut apa yang ia lakukan bersama A tidak ada bedanya dengan pacaran, padahal dalam islam kan ga ada pacaran ya. Lalu apakah yang harus dilakukan A dan B?


To be continue...

S A R A

Salah satu stasiun televisi swasta sedang menampilkan talkshow eksklusif bersama seorang pengamat politik. Topiknya adalah pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Fokus pembicaraaanya mengenai PDI-P resmi usung Ahok-Drajat pada Pilkada 2017.
Sang pengamat begitu antusias membahas tentang Pilkada 2017. Aku menyeruput kuah baso malang yang masih hangat, lalu ku lanjutkan menyimak. Saat berbicara mengenai Pilkada 2017 tentu tidak lepas dari istilah SARA. Sudah banyak isu dan fakta tetangnya. Begitupun sang pengamat, ia membuat highlight pada SARA juga sekelumit Pilkada DKI Jakarta 2017.
Aku teringat dengan kejadian mengagumkan saat terakhir kali mengikuti seminar sebelum aku disibukkan oleh skripsi.
Saat itu, aku mengikuti sebuah seminar bisnis. Sang motivator melelang sebuah al-Quran untuk amal, ketika sampai pada nominal 5 juta, 7 juta, hingga 43 juta, seorang akhwat mengangkat tangan dan dengan lantang menyebutkan nominal 47 juta. Serentak peserta seminar menggemakan takbir. Aku tidak dapat melihat jelas sosok akhwat tersebut.
Sang motivator menghitung 1-5 tidak ada yang mengangkat tangan setelah sang akhwat, al-Quranpun menjadi miliknya. Sambil tersipu ia naik ke atas panggung untuk mengambil al-Quran dr tangan motivator. Sang motivator mempersilakan akhwat tersebut menyampaikan hajatnya agar bisa kami doakan dan aminkan bersama.
Tak disangka, sang akhwat berdoa untuk Jakarta agar dapat dipimpin oleh orang beriman dan kuat agamanya, dia juga menyampaikan nama-nama tokoh muslim Jakarta yang diharapkan dapat maju di Pilkada tahun depan. Mulia, aku pikir dia akan berdoa untuk kemaslahatan dirinya, namun dia berdoa untuk kemaslahatan umat.
SARA (Suku, Ras, Agama dan Antargolongan) merupakan berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan.
Aku sedikit memberikan pandangan mengenai SARA. Suku dan ras merupakan ketetapan sejak lahir, kita tidak dapat memilih ingin dari suku dan ras apa kita dilahirkan. Berbeda dengan agama, agama adalah pilihan. Kita berhak dan bebas memilih agama apapun untuk kita anut, sesuai keyakinan.
Seorang muslim sepertiku memiliki pedoman hidup yaitu al-Qur'an dan hadist. Sebagai pedoman hidup tentu akan mengatur hidup umatnya. Dalam islam aturan ini meliputi seluruh aspek, dari yang besar hingga yang sepele, seperti bersosialisasi, politik, nikah, pendidikan, kepemimpinan, pakaian, makanan, dan hal-hal lainnya. Semua tidak terlepas dari aturan agama. Maka, istilah SARA tidak cocok diterapkan kepada muslim. Berbeda dengan non muslim, agama mereka tidak mengatur masalah politik, kepemimpinan dan beberapa aspek penting lainnya.
Acara talkshow sudah selesai, mangkuk yang berisi baso dan kuahnya yang lezat itupun kini telah habis. Laptop menjerit kedinginan karena aku tergoda dan terlena menonton tv. Aku segera menghampiri laptop yang saat ini sudah menjadi seperti suamiku sendiri :D
Lanjut skripsi dulu...

Salon Muslimah vs Salon Konvensional

Aku dan salon, atau secara umum, muslimah masa kini dan salon memang memiliki suatu ikatan yang kuat. Kuat sebagaimana gaya antar partikel yang memiliki massa sebesar bintang. -Lebay-.
Tubuh yang telah diamanahkan oleh Allah swt wajib dirawat dengan baik. Well dan salon merupakan salah satu sarananya. Tapi tidak untuk tabarruj ya akhwat.. sekedar merawat dan memberikan hak bagi tubuh kita.
Salon muslimah merupakan salon yang beropersi berdasarkan syariat atau prinsip agama Islam. Salon konvensional merupakan salon yang beroperasi secara umum atau tidak berdasarkan syariat Islam.
Well kalo di kota, salon muslimah udah lumayan menjamur (ga menjamur banget kali ya, kecuali di sekitar kampus saya emang menjamur kaya jamur Grigit di musim hujan). So ga ada masalah, jika kita penat, kusam dan stress karena tekanan tugas-tugas kuliah, atau lagi butuh banget treatment tinggal cus ke salon.
Nah, masalahnya di daerah lain atau bahkan di kampungku sendiri, salon muslimah belum ada yang beroperasi. sangat merepotkan, seperti kejadian hari sabtu kemarin saat aku pulang ke Rajagaluh. Aku mengalami suatu keadaan dimana aku butuh banget pergi ke salon. Well akhirnya aku bersama ibuku pergi mencari salon muslimah hingga ke ujung majalengka, tapi nihil. Karena sudah menyerah (jangan ditiru) akhirnya kami mendatangi salon yang letaknya tak jauh dari rumah. Salonnya masih konvensional dan di sana ada 2 orang laki-laki, salah satunya lagi treatment. Kami berdiskusi dengan pemilik salon agar selama kami treatment bisa steril (read: man banned from entering the salon), alhamdulillah pemilik salon menyetujui dan kami pun treatment.
Pentingnya salon khusus akhwat masih belum disadari oleh sebagian besar muslimah. Muslimah merasa aman dan rukhsoh saat memperlihatkan auratnya di salon. Banyak akhwat yang biasa berhijab dan sepertinya sih tahu batasan aurat, tapi saat di salon yang ngasih teratmentnya laki-laki, ih kan horor. Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Sosialisasi melek salon akhwat only atau salon muslimah mesti digencarkan, saling mengingatkan aja. Bagi para pebisnis bisa sangat dipertimbangkan buka usaha ini. Aku juga minat buka salon muslimah, tapi karena satu dan banyak hal jadi belum bisa menekuni bisnis ini.
Salon muslimah adalah salon yang dioprasikan berdasarkan syariat Islam, maka wajib hukumnya owner memahami ketentuan agama yang berkaitan dengan kegiatan salon, seperti adab dalam berpakaian (menutup aurat), larangan menyambung rambut, mencukur/mencabut alis dsb. Jadi ga cuma steril (read: man banned from entering the salon)
Kamu muslimah? yuk treatment di salon muslimah.. karena percuma dong kalo ga syar'i, cantik di dunia oke, tapi di akhirat?
semoga kita cantik dunia dan akhirat ya shalihah ^-^

Rabu, 15 Agustus 2012



aku mempunyai 3 orang sahabat dekat di masa SMA, mereka sangat berarti untukku. 3 tahun kami lalui masa-masa pahit getir, bahagia, sedih, kecewa, kesal, dan haru bersama.
kami adalah 4 orang sahabat yang sangat berbeda karakter, tapi kami akan selalu berhasil menghadapi perbedaan-plerbedaan itu. Sahabatku yang pertama adalah si kutu buku Hani, koleksi bukunya telah mencapai puluhan buku, menurutku dia adalah pribadi yang unik, sering melakukan eksperimen-eksperimen yang menurut kami aneh, lebih sering diam ketika banyak orang tetapi sekalinya dia berbicara di depan banyak orang maka semua orang akan seksama mendengarkan. Sahabatku yang kedua adalah Nisa si jangkung, dia terlihat lebih santai, namun sebenarnya dia-lah yang paling rajin diantara kami, polos dan sering kali menjadi bulan-bulanan kami ketika bercanda. Sahabatku yang ketiga adalah Ikke si kecil, dia adalah orang ter-rapih diantara kami, lebih bisa memahami kami semua. banyak kejadian menarik yang telah kami lalui bersama. aku telah menganggap mereka seperti keluargaku sendiri, merekalah tempat aku bersandar..
kami telah membuat banyak sekali janji ketika SMA duluu, janji yang akan selalu kami ingat adalah saat dewasa nanti kami semua telah menjadi orang yang sukses.
aamiin.
dan aku selalu yakin semua janji kami itu akan tercapai, melihat perjuangan yang telah kami lakukan bersama. tidak akan ada yang sia-sia. suatu saat kami akan memetik hasilnya.