Senin, 03 Oktober 2016

ANTARA PACARAN, TA'ARUF DAN TEMAN

Diskusi panjang lebar mengenai ketiga istilah ini (pacaran, ta'aruf dan teman) tidak membuahkan conclusion yang memuaskan. Pasalnya kami terpaksa mengakhiri diskusi ini karena waktu terus berputar, pagi, siang, sore lalu sebentar lagi malam, dan tiba waktunya berpisah. Bukan hanya waktu yang menjadi faktor, namun  background dan pemahaman kami berbeda, menyebabkan diskusi begitu alot dan sulit menemukan titik terang.

Kasus:
A (laki-laki) dan B (perempuan). A dan B tidak saling mengenal sampai suatu ketika C (perantara) mengenalkan keduanya. A dan B melakukan proses ta'aruf lalu keduanya saling tertarik. A dan B memutuskan untuk menikah. Karena suatu hal mendesak A tidak dapat segera mengkhitbah B. B khawatir terjerumus dalam pencampuran antara yang haq dengan yang bathil (pacaran), B percaya A adalah pria shalih, namun B tetap khawatir dirinya dan dirinya (A) melakukan zina hati yang bisa menyebabkan zina zina lainnya. B mengajak A berteman saja untuk menghindar dari hal yang tidak baik, berteman hingga waktu yang tepat (untuk khitbah) tiba. A kecewa karena merasa B tidak berkomitmen menikah atau jangan-jangan B memilih pria lain (suudzon nih si A) padahal keluarga A dan B sudah setuju dengan hubungan mereka. B sudah menjelaskan alasan syar'inya, namun A menganggap jika berteman maka tidak memiliki komitmen apapun. Sedang jodoh harus diikhtiarkan walau memang jodoh ga akan kemana. B takut apa yang ia lakukan bersama A tidak ada bedanya dengan pacaran, padahal dalam islam kan ga ada pacaran ya. Lalu apakah yang harus dilakukan A dan B?


To be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar